Cinta adalah kata yang tak pernah kehabisan cerita. Bicara tentang cinta, bicara tentang hati. Bicara tentang cinta, bicara tentang jiwa. Saking dahsyatnya kata cinta, seseorang  bisa menjadi lemah karenanya. Namun karena dahsyatnya cinta pula, membuat seseorang begitu kuat dan perkasa. Maka tak heran, bila seorang Jamal Mirdad pernah melantunkan kalimat “Kalau Cinta Sudah Melekat, Gula Jawa Rasa Cokelat”. Sering terkesan slapstick memang, tapi suka ataupun tidak suka, begitulah Cinta…..

Disadari atau tidak, cinta memiliki kekuatan yang tak ternilai. Mau diakui atau tidak, cinta memiliki daya pendorong yang luar biasa. Seseorang akan terlecut semangatnya, ketika melakukan sesuatu atas dasar cinta. Begitu juga sebaliknya, seseorang akan tidak bergerak sama sekali, meskipun diperintah oleh Jenderal sekalipun, jika tiada cinta di dalam hatinya. 

Bicara tentang kekuatan cinta,  suatu pagi di medio Oktober ini pun kembali menggoreskan kisahnya.  Pagi itu, jarum jam di arloji sudah mendekati  angka 10. Beberapa tugas hari ini memaksaku harus meninggalkan rumah pagi-pagi sekali. Tak sempat sarapan, tak sempat mengatarkan anak-anak ke sekolah. Setelah menyelesaikan dua urusan yang membuat hati tenang,  masuklah kuda besi ini di pintu tol Bogor Jagorawi arah Jakarta.  Setelah beberapa kilometer melaju, kemudi  tak kuasa mengarah ke rest area di bilangan Tanah Baru – Bogor Utara.

Setelah memarkir kendaraan pas pada posisinya, terbukalah bungkusan plastik putih yang disiapkan oleh istriku pagi tadi.  Ada satu tupperware berisi nasi plus telor dadar dan sambal. Dan satu tupperware lagi berisi sayuran, dan disebelahnya terbungkus tisu dengan rapi, sepasang sendok dan garpu yang fungsinya demikian sulit untuk dipisahkan. Meskipun sederhana, namun sarapan pagi ini terasa begitu berbeda.Berbeda jika dibandingkan ketika menyantap masakan penuh menu menggoda di restoran padang ataupun warung makan yang lainnya. Ada cinta di setiap suapannya. Ada cinta di setiap potongan nasi dan lauknya.

Karena begitu dalam kesannya, maka kepuasannya pun juga berbeda. Sarapan sederhana, tapi berimpresi luar biasa pada semangat dan motivasi pada detik-detik setelahnya. Ada kekuatan yang terasa tak pernah habis ketika menjejaki kilometer demi kilometer perjuangan di hari itu. Sejenak diri ini merenung? Begitu kuatkah Cinta?

Dahsyatnya Cinta yang Agung

Dalam satu kisah, sahabat Bilal bin Rabah membuktikan kekuatan cinta yang ia berikan kepada Allah dan Rasulullah SAW.  Suatu waktu Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad….” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun berkata sama.  Ketika mereka memaksa agar Bilal memuji Latta dan Uzza, Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.”  Begitulah cinta…

Cinta juga nampak begitu agung pada kisah Mush’ab bin Umair. Seorang pemuda tampan dan kaya raya. Karena cintanya Allah dan Rasulullah SAW, dia rela meninggalkan segala kenikmatan dunia yang ada di genggamannya. Terusir dari keluarga, terusir dari tanah kelahirannya. Perjalanan perjuangan yang begitu jauh dan berat ia lalui dengan begitu mempesona. Tengoklah ketika ajal menjemputnya. Kekuatan cinta agung itu mengantarkannya pada akhir kehidupan yang begitu mulia. Pada perang Uhud, Mush’ab bin Umair mendapat tugas membawa bendera dengan tangan kanannya. Ibnu Qumai-ah al-Laitsi menebas tangan kanannya. Mush’ab kemudian membawa bendera dengan tangan kirinya.   Ibnu Qumai-ah kembali menebas tangan kiri Mush’ab, tapi ia tetap mendekap bendera pasukan dengan dadanya.

Usai peperangan, Rasulullah menghampiri jenazah Mush’ab dan beliau berkata “Sungguh aku melihatmu ketika di Mekah, tidak ada seorang pun yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang rambutmu kusut dan (pakaianmu) kain burdah.” Tak sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah. Anda kain itu ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Ya Rabbana, begitulah mulianya Cinta…. 

Cinta seringkali menghampiri kita… Cinta jualah yang memberi inspirasi dan kekuatan yang luar biasa. Cinta yang benar adalah cinta yang ketika kita merasakannya, akan terasa ketenangan dan kepuasaan batin yang tak terhitung nilainya. Cinta seorang ibu kepada anak-anaknya. Membuat sepasang bahu lemah seorang wanita begitu kuat mengalahkan kekarnya bahu seorang pria.

Maka, bagi yang belum menikah. Segeralah menikah menjemput cinta yang membuat jiwamu tenang. Yang merasa berat ketika menyusuri jalan perjuangan, benahi dulu cintamu, maka ia akan membuatmu memberikan segalanya pada jalan perjuangan. Siramilah cinta, maka ia akan memberimu sebuah kebahagiaan. Seperti bunga cinta pagi ini, yang tersiram penuh mesra dengan sarapan cinta yang begitu luar biasa….