Begitu semangatnya para anak muda yang berjaket warna warni itu di tengah panasnya jalanan ibukota. Dalam kepala yang berisi idealisme dan intelektualitas tinggi itu, energi yang mereka miliki seakan tak pernah habis. Jaket yang mulai lusuh dan beraroma tetesan peluh pun seakan menjadi bahan bakar yang terus terbarukan bagi gerak-gerak langkah mereka.

Hidup mahasiswa !! Hidup rakyat Indonesia !! Hidup reformasi !! Hidup petani Indonesia !! Turunkan rejim anti rakyat !! Reformasi…. Reformasi… Reformasi sampai mati…. Kata-kata penuh semangat itu rasanya mencerminkan betapa para mahasiswa memiliki energi ekstra lebih dalam memperjuangkan impian mereka akan tegaknya kebenaran dan keadilan.

Sekian tahun telah berselang, tujuh belas tahun, lima belas tahun, bahkan sepuluh tahun berselang, rasanya tidak ada alasan bagi berhentinya gerakan anak muda dari tahun ke tahun di masa-masa berikutnya. Setiap masa tentu masih meninggalkan adanya kedzaliman, ketidakadilan kebijakan, dan berbagai model abuse of power lainnya.

Lantas, dimana suara para pemimpin masa depan itu tatkala melihat ketidakadilan kebijakan? Dimana pembelaan mahasiswa saat BBM dinaikkan dan telah menaikkan berbagai harga kebutuhan masyarakat? Dimana singa-singa jalanan itu saat Pemerintah terkesan menampung orang-orang bermasalah dalam posisi penting di negeri ini? Akankah jaket lusuh penuh peluh itu saat ini telah kering dan berganti aroma wangi Bulgari ataupun MontBlanc dan Armani karena sering dipakai dalam forum-forum seminar, gathering, dan pentas musik menggelora?

Ketidakadilan Kebijakan

Fakta bahwa masih banyak masyarakat yang masuk dalam kategori miskin, balita kurang gizi, warga sakit tidak mampu berobat, pelajar putus sekolah, dan ketidakmampuan keluarga kecil yang tak mampu membeli kebutuhan dasar karena kenaikan harga setelah kenaikan BBM rasa-rasanya masih banyak dijumpai di negeri kepulauan ini.

Di sisi lain, kita masih melihat adanya kebijakan penempatan orang yang bermasalah pada posisi kunci, bagi-bagi kekuasaan politik dagang sapi, proyek mobil nasional yang justru menggunakan mobnas negara tetangga, tidak diusutnya kasus-kasus besar seperti BLBI yang telah memiskinkan negara ini, keluarnya beberapa keputusan Menteri yang membuka peluang importasi lebih besar terhadap barang-barang yang bisa dihasilkan sendiri di dalam negeri, serta berbagai kebijakan lain yang sungguh telah melukai perasaan keadilan rakyat masih nyata dipertontonkan di negeri maritim dan agraris ini.

Di sisi lain hukum tajam dan tegas terhadap rakyat kecil dan lawan politik, di sisi lain hukum itu tumpul terhadap ”orang-orang besar” dan orang-orang yang telah ”berjasa”. Bagaimana dengan perlakuan Pemerintah terhadap penikmat dana ratusan triliun BLBI yang telah diampuni dengan keluarnya surat release & discharge tahun 2002? Kalau saja dana negara yang mereka nikmati dikembalikan, tentunya dapat digunakan untuk membantu rakyat kebanyakan yang masih susah. Hal ini pula yang perlu kita pertanyakan pada pemerintahan sekarang. Kepada siapa harapan untuk terus menyuarakan suara itu kita gantungkan?

Mahasiswa, Dimana Kini?

Beberapa waktu yang lalu, hati ini serasa disiram air telaga tatkala mendengar anak-anak muda mahasiswa itu kembali turun ke jalan. Meskipun sedikit, setidaknya mereka masih ada. Namun, jiwa ini kembali resah tatkala suara-suara itu mulai meredup lagi.

Kepada para mahasiswa

Yang merindukan kejayaan

Kepada rakyat yang kebingungan

Di persimpangan jalan

 

Kepada pewaris peradaban

Yang telah menggoreskan

Sebuah catatan kebanggaan

Di lembar sejarah manusia

 

Wahai kalian yang rindu kemenangan

Wahai kalian yang turun ke jalan

Demi mempersembahkan jiwa dan raga

Untuk negeri tercinta

 

Hari itu, ribuan mahasiswa dan pemuda berjalan dengan warna warni baju almamaternya. Jaket mereka lusuh dan tidak wangi. Namun, langkah-langkah mereka mewangi dalam catatan peradaban. Lantas, kudengar teriakan singa-singa nusantara : Merdeka !! Hidup mahasiswa !! Hidup rakyat Indonesia !! Hidup reformasi !!”…… Ah… sungguh rindu diriku terhadap suara-suara itu…..

Temukan informasi histori tulisan dari Mas Atang Trisnanto pada menu Arsip 2015 – 2023