Renungan Hati : Apa itu Kebenaran?

Oleh : Atang Trisnanto

Renungan Sore di Darwin
Renungan sore di pojok kota Darwin, 2010

 

Kebenaran !!! Sebuah kata indah yang senantiasa terngiang-ngiang di kedua daun telinga setiap insan manusia yang ingin tahu tentang jati diri dan hakikat hidup yang sedang dan akan dijalaninya.

Kebenaran !!! Kata-kata yang selalu dipertentangkan setiap orang di muka bumi untuk merasionalkan setiap aktivitas yang ia lakukan.

Kebenaran !!! Sebuah kata yang selalu diperdebatkan sebagai sebuah nilai yang abstrak sesuai dengan sudut pandang kebenaran itu sendiri. Sederhananya, kebenaran tergantung dari side angle penilai kebenaran itu sendiri : yaitu makhluk yang disebut MANUSIA.

Lantas, apakah tidak ada sebuah kebenaran yang sesuai dengan fitrah kebenaran itu sendiri? Yaitu sebuah nilai yang dari sudut pandang manapun tiada keraguan padanya dan tak ada seorangpun yang bisa membantahnya? Apakah itu yang dinamakan kebenaran sejati????

Ketika dunia barat menghegemoni ilmu pengetahuan, banyak sekali nilai-nilai yang kemudian mempertentangkan hal ihwal kebenaran. Tatkala para kaum orientalis menguasai informasi dan teknologi dunia, banyak sekali arus pemikiran yang mencoba mengingkari kebenaran itu sendiri. Itulah yang terjadi pada peradaban dunia kita sekarang. Sebuah zaman yang mencoba lari dari hakikat kebenaran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Allah SWT : “……….mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya…..” (Q.S. Yunus : 39).

Lalu, apakah umat Islam yang nyata-nyata disebut sebagai ‘umat terbaik’ yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar akan terseret di dalam arus pemikiran di atas? Tidakkah kita ingat akan peringatan yang datang dari Rabb alam semesta :

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Q.S. Al An’am : 116)

Mari, kita coba bayangkan seandainya ada seseorang yang telah hilang seluruh ingatannya, kemudian menemukan dirinya berada pada sebuah tempat yang asing. Kira-kira apa yang ia rasakan ? Tak pelak lagi ia akan terheran-heran dan takjub seraya ingin tahu. Hal pertama yang barangkali ia lakukan ialah mengamati seluruh tubuh yang dia miliki. Kemudian ia terkejut tatkala bagian-bagian tubuh itu mampu ia gerakkan sesuai keinginannya. Tak cukup disitu, ia sungguh takjub atas pemandangan yang ada disekitarnya. Ada kelokan sungai yang mengalir berirama, pepohonan yang hijau, tanah yang basah, udara, burung, buah-buahan, dan masih banyak lagi yang lain. Akhirnya ia sampai pada pertanyaan :

  1. Siapakah diriku sesungguhnya?
  2. Siapakah yang menciptakanku dan segala sesuatu yang ada di hadapanku?
  3. Siapakah yang mampu mengatur semua ini?
  4. Apakah yang diinginkan oleh Pencipta dari segala sesutu dan diriku ini?

Lantas, kalau seandainya orang tersebut adalah diri kita, apakah kita akan terjebak pada jawaban-jawaban yang sifatnya hanya ‘rasional’ menurut perkembangan ilmu pengetahuan? Bahwa manusialah yang mampu mengatur segala dunia dan isinya. Bahwa tiada mungkin ada yang mampu menciptakan hal ini semua sehingga  segala sesuatu ada dengan sendirinya. Apakah kita tidak pernah berpikir kalau ada sebuah mobil, kita lalu mengatakan bahwa mobil itu ada dengan sendirinya?

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri?) Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu ? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa.” (Q.S. Ath-Thur : 35-37)

Cukuplah kiranya kita sadar tentang sebuah jawaban yang kita cari, yaitu kebenaran. Sebuah kebenaran sejati yang semuanya itu milik Allah SWT. Dan tentunya, pasti ada sebuah kebenaran absolut yang semua itu berasal dari ilmu Allah. Dan adalah sebuah kenikmatan besar tatkala kita termasuk dalam barisan manusia yang memperjuangkan kebenaran tersebut.

Sehingga, adalah sebuah kejelasan yang sangat terang benderang ketika kita kemudian memutuskan untuk mengambil jalan ini, yaitu jalan panjang perjuangan di dalam meninggikan asmaNya.

“ Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang  lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.” (Q.S. Al An’am : 126).

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (Q.S. Al Hujurat : 15)

Wallahu’alam bis showab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *